Pembesar Syiah di Indonesia, Ralaludin Rahmat |
Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai dakwaan mereka yang juga telah masyhur bahwa mereka mencintai Shufiyyah, padahal hakikatnya Shufiyyah itu sendiri amat hina dalam ‘aqidah mereka. Namun mereka diperbolehkan untuk menyamar menjadi Shufiy dengan alasan taqiyyah.
Ulama mereka, Ayatusy-Syaithan Husain Asy-Syahrudiy pada salah satu forum kenamaan Syi’ah yang sudah masyhur yaitu yahosein.com, ketika ditanya mengenai Shufiy dia menjawab:
الصوفيّة فرقة منحرفة عن خط الأئمة المعصومين عليهم السلام، بل أصلُ تأسيس هذه الفرقة كان لأجل اطفاء نور الأئمة عليهم السلام، ومنع الناس من الاهتداء بهم والوصول الى ابوابهم والاستضاءة بنورهم، ولأجل ذلك وردت روايات كثيرة في ذم الصوفيّة، بل يظهر من بعض الروايات أن لفظ الصوفي يشتمل على نقص في الدين حيث ورد في حق احمد بن هلال العبرتائي قول الإمام (ع) : (احذروا الصوفي المتصنع احمد بن هلال)
“Kaum Shufiyyah adalah firqah yang menyimpang dari jalur para Imam makshum ‘alaihim as-salam. Bahkan asal pendirian firqah ini adalah untuk memadamkan cahaya para Imam ‘alaihim as-salam, menghalang-halangi manusia dari mendapatkan petunjuk para Imam, menghalangi manusia dari mencapai kepada pintu-pintu mereka (para Imam) dan kilauan cahaya mereka. Telah disebutkan riwayat-riwayat yang banyak mengenai celaan pada Shufiyyah, bahkan nampak dari beberapa riwayat bahwasanya lafazh Shufiy turut mencakup aib/celaan dalam Agama dimana telah disebutkan sabda Imam ‘alaihis salam berkenaan hakekat Ahmad bin Hilal Al-Abarta’iy: “Berhati-hatilah kalian dari Shufiy si pemalsu, Ahmad bin Hilal.”
واليك بعض الروايات الواردة في هذه الفرقة :
في وصية النبي (ص) لأبي ذر الغفاري رحمه الله قال : يا أبا ذر، يكون في آخر الزمان قوم يلبسون الصوف في صيفهم وشتائهم، يرون ان الفضل بذلك على غيرهم، اولئك تلعنهم ملائكة السماوات والأرض (بحار الأنوار ج77 ص91)
Dan berikut ini pemaparan kepada anda mengenai beberapa riwayat yang disebutkan berkenaan firqah ini (Shufiy) :
1. Dalam wasiat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam kepada Abu Dzar Al-Ghifariy rahimahullah, beliau bersabda: “Wahai Abu Dzar, akan ada di akhir zaman suatu kaum yang memakai wol di musim panas dan musim dingin mereka. Mereka memandang bahwa dengan hal itu merupakan keutamaan (bagi mereka) atas selain mereka. Mereka adalah orang-orang yang dilaknat para Malaikat langit dan bumi.” [Biharul Anwar, 77/91]
عن الرضا عليه السلام : لا يقول بالتصوف أحد إلا لخدعة أو ضلالة أو حماقة، وأمّا من سمّى نفسه صوفياً للتقية فلا اثم عليه.
وفي رواية أخرى عنه بزيادة قوله : وعلامته ان يكتفي بالتسمية ولا يقول بشيء من عقائدهم الباطلة.
2. Dari Ar-Ridha ‘alaihis-salam: “Tidaklah satu orang pun berkata/berkeyakinan mengenai tashawwuf kecuali untuk penipuan, atau sesat, atau dia memang tolol. Adapun yang menamakan dirinya sebagai seorang Shufiy karena taqiyyah, maka tidak ada dosa atasnya.” Dalam riwayat lain terdapat tambahan sabda beliau: “Dan ciri-cirinya mencukupkan dengan penamaan saja tanpa berkeyakinan dengan suatu pun dari ‘aqidah mereka yang bathil tersebut.”
عن قرب الاسناد للشيخ الاقدم علي بن بابويه القمي، بسنده عن ابي محمد العسكري (ع) انه قال : سُئِلَ ابو عبد الله (ع) عن حال ابي هاشم الكوفي، فقال (ع) انه كان فاسد العقيدة جداً، وهو الذي ابتدع مذهباً يقال له التصوف، وجعله مقرا[1] لعقيدته الخبيثة.
3. Dari Qurbul Isnad oleh Syaikh ‘Ali bin Babwaih Al-Qummiy dengan sanadnya, dari Abu Muhammad Al-‘Askariy ‘alaihis salam bahwasanya beliau bersabda: “Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam ditanya mengenai keadaan Abu Hisyam Al-Kufiy, maka beliau ‘alaihis salam bersabda bahwa dia (Abu Hisyam Al-Kufiy) adalah orang yang ‘aqidahnya sangat rusak. Dia membuat-buat bid’ah dengan suatu madzhab yang dinamakan tashawwuf dan dia menjadikannya sebagai basis bagi ‘aqidahnya yang busuk.”
عن البزنطي واسماعيل بن بزيع عن الرضا (ع) قال : من ذكر عنده الصوفية ولم ينكرهم بلسانه وقلبه فليس منا، ومن أنكرهم فكأنما جاهد الكفار بين يدي رسول الله (ص).
4. Dari Al-Bizinthiy dan Isma’il bin Yuzai’ dari Ar-Ridha ‘alaihis salam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang tatkala kaum Shufiyyah disebutkan di sisinya lalu dia tidak mengingkari mereka dengan lisannya dan hatinya, maka dia bukan bagian dari kami (Syi’ah). Dan barangsiapa yang mengingkari mereka, maka sesungguhnya dia seperti orang yang berjihad melawan orang-orang kafir bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam.”
عن البزنطي انه قال : قال رجل من أصحابنا للصادق جعفر بن محمد (ع) : قد ظهر في هذا الزمان قوم يقال لهم الصوفية، فما تقول فيهم ؟ قال (ع) : انهم اعداؤنا فمن مال اليهم فهو منهم، ويحشر معهم، وسيكون أقوام يدّعون حبَّنا ويميلون اليهم ويتشبّهون بهم، ويلقِّبون أنفسهم بلقبهم، ويؤوِّلون أقوالهم، الا فمن مال اليهم فليس منّا، وأنا منه براء، ومن أنكرهم وردّ عليهم كان كمن جاهد الكفّار بين يدي رسول الله (ص) (سفينة البحار مادة صوف).
5. Dari Al-Bizinthiy bahwa dia berkata, seorang dari sahabat kami bertanya kepada Ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad ‘alaihis salam; “Telah nampak di zaman ini suatu kaum yang menamakan diri mereka ‘Shufiyyah’, maka apa yang anda katakan (penilaian) mengenai mereka?” Beliau (Ja’far Ash-Shadiq) ‘alaihis salam bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuh kami. Barangsiapa yang cenderung kepada mereka maka dia termasuk dari mereka, dan akan dibangkitkan bersama mereka. Dan akan ada suatu kaum yang mendakwakan bahwa mereka mencintai kami. Namun mereka cenderung kepada mereka (Shufiyyah), menyerupai mereka, melaqobkan diri mereka dengan laqob mereka, dan menafsirkan perkataan-perkataan mereka. Maka ingatlah, barangsiapa yang cenderung kepada mereka maka dia bukan bagian dari kami, dan aku berlepas diri darinya. Dan barangsiapa mengingkari mereka dan membantah mereka maka dia seperti orang yang berjihad melawan orang-orang kafir bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam.” [Safinatul-Bihar, Pasal Shauf][2]
Berikut ini kita akan melihat hakikat Shufiyyah di sisi Syi’ah melalui ulama besar mereka yang bernama Al-Hurr Al-‘Amiliy[3] dengan kitabnya yang dia susun secara khusus dalam membantah para Shufiy, yaitu “Risalah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah”.
Di dalamnya dia juga turut memaparkan puluhan ulama-ulama besar Syi’ah yang kesemuanya membuat kitab khusus dalam membantah Shufiyyah baik terhadap Shufiyyah yang berfaham wahdatul wujud maupun kepada tashawwuf yang sebatas dalam pengertian tazkiyatun-nufus. Bahkan mereka juga mencela meski hanya sekedar penisbatan nama Tashawwuf dan Shufiyyah itu sendiri. Dan ini akan kita buktikan dengan pemaparan tuduhan-tuduhan mereka terhadap para Imam Ahlus Sunnah yang identik dengan “tashawwuf” padahal mereka berlepas diri dari keyakinan wahdatul wujud.
Kitab ini berjumlah 202 halaman. Tentu tidak akan dipaparkan kesemuanya disini, hanya beberapa darinya sebagai garis besar dari isi kitab ini. Meski sebenarnya hanya dengan melihat dari nama kitab tersebut tanpa membahasnya pun maka kita sudah bisa memastikan isinya yaitu pendiskreditan terhadap Shufiyyah.
I. Sebab Penulisan Kitab Dan Pencelaan Nama Shufiyyah
Pada halaman awal-awalnya, ia berkata bahwa diantara sebab penulisan kitab tersebut adalah sebagai nasihat kepada orang-orang Syi’ah yang memiliki kecenderungan terhadap Shufiyyah agar meninggalkannya dan kembali ke ajaran Ahlul Bait (versi Syi’ah). Dia berkata:
لما رأيت كثيرا من ضعفاء الشيعة قد خرجوا عن طريق قدمائهم وأئمتهم في أحكام الشريعة وسلكوا مسالك أعدائهم المعاندين الذين تركوا الرجوع إليهم عليهم السلام في أحكام الدين، فابتدعوا لأنفسهم تسمية دينية فتسموا بالصوفية ولم ينتسبوا إلى النبي والأئمة عليهم السلام، الذين هم خير البرية، فاستلزم ذلك موافقة الاعتقاد والأعمال من هؤلاء الضعفاء لأولئك الأعداء الأشقياء حيث كانوا يغرون الناس بإظهار التقوى واستشعار الزهد في الدنيا زيادة عما كان يظهره الأئمة عليهم السلام من ذلك
“Tatkala aku melihat banyak orang-orang lemah (bodoh) dari kalangan Syi’ah telah keluar dari jalan para pendahulu mereka dan para Imam mereka dalam hukum-hukum Syari’ah, lalu mereka berjalan di jalan-jalannya para musuh-musuh mereka (yaitu) para pembangkang yang meninggalkan perujukan kepada para Imam ‘alaihim as-salam dalam hukum-hukum agama. Mereka membuat bid’ah dengan penamaan diniyyah untuk diri mereka yang mereka namakan dengan Shufiyyah. Mereka tidak menisbatkan kepada Nabi dan para Imam ‘alaihim as-salam yang mereka adalah khairul bariyyah dimana hal itu tentu melazimkan kesepakatan i’tiqad dan ‘amal orang-orang lemah dari kalangan Syi’ah itu kepada para musuh yang celaka tersebut yang dimana mereka memperdaya orang-orang dengan menampakkan ketakwaan dan merasakan kezuhudan dalam dunia sebagai tambahan dari apa yang telah ditampakkan oleh para Imam ‘alaihim as-salam mengenai hal itu.”[4]
Lalu bagaimana bisa ajaran tashawwuf dihalalkan di sisi Syi’ah sedangkan dengan menisbatkan diri pada namanya sendiri saja (tashawwuf) sudah terlarang dan merupakan kehinaan?
II. Terdiri dari 12 Bab, 12 Pasal, dan 12 Dalil Dari Tiap-Tiap Bab Dan Pasal.
Kitab ini disusun olehnya dalam 12 bab dan 12 pasal, sebagaimana setelah ia berkata di atas, dia berkata:
وسميتها الرسالة الاثني عشرية في الرد على الصوفية والله أسأل أن يسهل إتمامها على أحسن الوجوه وأن يهدي بها من يلتمس الهدى ويرجوه وهي مرتبة على أبواب وفصول
“Aku menamakannya (kitab ini) dengan “Ar-Risalah Al-Itsna ‘Asyariyyah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah”. Aku memohon kepada Allah untuk memudahkan penyempurnaannya (penyelesaiannya) kepada sebaik-sebaik bentuk (pembahasan). Dan agar memberikan Hidayah dengannya kepada siapa pun yang mencarinya dan mengharapkannya. Kitab ini tersusun dengan beberapa bab dan pasal.”[5]
أما الأبواب فهي اثنا عشر
“Adapun bab-babnya, maka ia berjumlah 12 bab.”
Diantara bab-babnya :
الأول: في إبطال هذه النسبة وذمها
“Pertama: Mengenai Pembatalan Penisbatan ini (Shufiyyah) dan Celaannya.”
الثاني: في إبطال التصوف وذمه عموما
“Kedua: Mengenai Pembatalan Tashawwuf dan Celaannya Secara Umum.” (Dapat difahami bahwa hal ini mencakup kesemuanya baik yang berfaham wahdatul wujud ataupun tidak sebagaimana dijelaskan pada awal pemaparan di atas).
الحادي عشر: في إبطال ما يفعلونه من الذكر الخفي والجلي على ما ابتدعوه
“Kesebelas: Mengenai Pembatalan Apa Yang Mereka Kerjakan Dari Dzikir Khafiy Dan Dzikir Jaliy Berdasarkan Apa Yang Mereka Bid’ah-kan Padanya.”
Adapun mengenai pasal-pasalnya, ia juga berjumlah 12 pasal. Diantaranya:
الثالث: في ذكر بعض مطاعن مشائخ الصوفية وسادتهم وكبرائهم وما ظهر من قبائحهم وفضائحهم
“Ketiga: Mengenai Penyebutan Sebagian Celaan Syaikh-Syaikh Shufiyyah, Saadah Mereka, dan Pembesar-Pembesar Mereka. Serta Apa Yang Nampak Dari Kebusukan-Kebusukan Mereka Dan Skandal-Skandal Mereka.”
التاسع: في جواز لعن المبتدعين والبراءة منهم بل وجوبهما
“Kesembilan: Mengenai Pembolehan Melaknat Para Ahlul Bid’ah Dan Berlepas Diri Dari Mereka. Bahkan Keduanya (Melaknat dan Berlepas Diri) adalah Wajib.”[6]
الحادي عشر: في عدم جواز حسن الظن بالعامة واتباع شئ من طريقتهم المختصة بهم
“Kesebelas: Mengenai Tidak Adanya Pembolehan Dalam Berhusnuzhan Kepada ‘Ammah dan Mengikuti Sesuatu Pun Dengan Mereka Dari Thariqah Mereka Yang Khusus.”[7]
Kemudian, setelah menyebutkan pasal ke-12, Al-Hurr Al-‘Amiliy menyatakan bahwa setiap dalil yang akan didatangkannya dari tiap-tiap bab dan pasal berjumlah 12 dalil yang mencakup penghujjahan secara aql dan naql yaitu riwayat mereka yang shahih. Dia berkata:
وسأذكر في جميع الأبواب والفصول في الاحتجاج على كل واحد من هذه المطالب والأصول اثني عشر وجها من الأدلة، أما من صريح العقل والاعتبار، أو من صحيح النقل والأخبار إن شاء الله تعالى
“Dan akan aku sebutkan dalam keseluruhan bab dan pasal dalam berhujjah pada setiap masing-masing tema pembahasannya dan permulaannya dengan 12 dalil dari aql dan i’tibar yang sharih atau dari naql dan riwayat-riwayat yang shahih. Insya Allahu Ta’ala.”[8]
III. Puluhan ‘Ulama Besar Syi’ah Membantah Shufiyyah
Al-Hurr Al-‘Amiliy berkata :
السابع: إجماع جميع الشيعة الإمامية واتفاق الفرقة الاثني عشرية على ترك هذه النسبة واجتنابها مباينة أهلها في زمن الأئمة عليهم السلام وبعده إلى قريب من هذا الزمان لم يكن أحد من الشيعة صوفيا أصلا كما يظهر لمن تتبع كتب الحديث والرجال وسمع الأخبار، بل لا يوجد للتصوف وأهله في كتب الشيعة وكلام الأئمة عليهم السلام ذكر إلا بالذم، وقد صنفوا في الرد عليهم كتبا متعددة ذكروا بعضها في فهرست كتب الشيعة (1) وقد نقل الاجماع منهم جماعة من الأجلاء يأتي ذكر بعضهم إن شاء الله فكيف جاز الآن لضعفاء الشيعة الخروج عن هذا الاجماع وعن طريقة أهل العصمة؟!
“Yang ketujuh: Ijma’ seluruh Syi’ah Imamiyyah dan kesepakatan kelompok Itsna ‘Asyariyyah (Syi’ah) meninggalkan penisbatan ini (Shufiyyah) dan menjauhinya. Berpisah dari orang-orangnya. Pada zaman para Imam ‘alaihim as-salam dan setelahnya hingga dekat zaman ini (zaman Al-Hurr Al-‘Amiliy) tidak ada satu pun dari Syi’ah yang dia adalah seorang Shufiy secara asal sebagaimana yang nampak bagi siapa pun yang melihat ke dalam kitab-kitab hadits dan rijal (Syi’ah) serta mendengarkan riwayat-riwayat. Bahkan tidak ada penyebutan tashawwuf dan orang-orangnya dalam kitab-kitab Syi’ah dan sabda para Imam ‘alaihim as-salam kecuali dengan celaan. Para ulama (Syi’ah) telah menyusun mengenai bantahan kepada mereka (Shufiyyah) dengan kitab-kitab yang berjumlah. Sebagiannya mereka turut menyebutkannya dalam fihrist kitab-kitab Syi’ah.(1) Telah dinukilkan ijma’ dari mereka, yaitu kelompok dari para ulama yang mulia yang akan datang penyebutan sebagian mereka, Insya Allah. Maka bagaimana boleh bagi orang-orang lemah dari kalangan Syi’ah keluar dari ijma’ (kesepakatan) ini dan (keluar pula) dari thariqah Ahlul ‘Ismah (para Imam Makshum) ?!”[9]
Perhatikan adanya no.1 pada teks di atas, lalu lihat pada footnotenya di hal. 14. Pentahqiq langsung menyebutkan sebagian dari ulama besar Syi’ah yang membantah Shufiyyah dengan kitab-kitab mereka, diantara mereka yaitu:
(١) نذكر بعضها:
(١) الرد على الصوفية للمحقق القمي (قدس سره) ٢ - الرد على الصوفية للمولى أحمد بن محمد التوني أخ المولى عبد الله التوني صاحب الوافية.
3 - الرد على الصوفية للمولى إسماعيل بن محمد بن حسين المازندراني المشهور بالخواجوئي
4 - الرد على الصوفية للسيد أعظم علي البنكوري
5 - الرد على الصوفية مستخرجا عن كتاب حديقة الشيعة (للأردبيلي) استخرجه بعض معاصريه
6 - الرد على الصوفية فارسي لبعض أمراء عصر فتح علي شاه
7 - الرد على الصوفية فارسي لبعض العلماء (محمد رفيع التبريزي - ط) الموجود في مكتبة العالم الفاضل السيد مهدي الحسيني اللازوردي.
8 - الرد على الصوفية للأمير محمد تقي الكشميري
9 - الرد على الصوفية للمولى حسن بن محمد علي اليزدي
10 - الرد على الصوفية للسيد دلدار علي المجاز من سيدنا بحر العلوم
11 - الرد على الصوفية للحاج محمد رضى القزويني 12 - الرد على الصوفية للمولى محمد طاهر بن حسين الشيرازي النجفي القمي.
13 - الرد على الصوفية للشيخ علي بن الميرزا فضل الله المازندراني
14 - الرد على الصوفية للسيد محمد علي بن محمد مؤمن طباطبائي
15 - الرد على الصوفية فارسي للسيد فاضل ابن سيد قاضي الهاشمي
16 - الرد على الصوفية للشيخ محمد بن عبد علي القطيفي
17 - الرد على الصوفية للمولى مطهر بن محمد المقدادي فارسي
18 - الرد على الصوفية فارسي للمولى فتح الله المتخلص (وفائي) وغيرها من الكتب المطبوعة والمخطوطة
“Kami sebutkan sebagiannya, yaitu:
1. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Muhaqqiq Al-Qummiy.
2. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Ahmad bin Muhammad At-Tuniy saudara Al-Maula ‘Abdullah At-Tuniy, penulis kitab Al-Wafiyah.
3. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Isma’il bin Muhammad bin Husain Al-Mazandaraniy yang masyhur dengan nama Al-Khawaju’iy.
4. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid A’zham ‘Ali Al-Bankuriy.
5. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah, yang merupakan mustakhraj kitab Hadiqatusy-Syi’ah oleh Al-Ardabiliy. Beberapa mu’ashir telah menistakhrajnya.
6. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh sebagian umara, Fath ‘Ali Syah.
7. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh sebagian ulama, Muhammad Rafi’ At-Tibriziy, yang berada di Maktabah Al-‘Alim Al-Fadhil As-Sayyid Mahdi Al-Husainiy Al-Lazawardi.
8. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Amir Muhammad Taqi Al-Kasymiriy.
9. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Hasan bin Muhammad ‘Ali Al-Yazdiy.
10. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid Dildar ‘Ali Al-Majaz.
11. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Hajj Muhammad Ridha Al-Qazwainiy.
12. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Muhammad bin Thahir bin Husain Asy-Syirazi An-Najafiy Al-Qummiy.
13. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Asy-Syaikh ‘Ali bin Al-Mirza Fadhlullah Al-Mazandaraniy.
14. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid Muhammad ‘Ali bin Muhammad Mu’min Ath-Thabathaba’iy.
15. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh As-Sayyid Fadhil bin Sayyid Qadhiy Al-Hasyimiy.
16. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul ‘Ali Al-Quthaifiy.
17. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Muthahhar bin Muhammad Al-Miqdadiy Farisiy.
18. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Farisiy oleh Al-Maula Fathullah Al-Mutakhallish, dan yang lain-lainnya dari kitab-kitab yang telah dicetak maupun manuskrip.
Dan pada hal. 45, Al-Hurr Al-‘Amiliy memaparkan beberapa ulama besar Syi’ah lainnya yang membantah Shufiyyah beserta pemaparan oleh Al-Hurr Al-‘Amiliy mengenai kedudukan mereka yang tinggi di sisi Syi’ah dan kitab-kitab yang ditulis mereka dalam membantah Shufiyyah. Diantara mereka adalah:
1. Asy-Syaikh Al-Mufid Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man. (hal. 46)
2. Asy-Syaikh Al-Jalil Ra’isul-Muhadditsin Abu Ja’far bin Babawaih (hal. 48)
3. As-Sayyid Al-Ajal Al-Musthafa ‘Ilm Al-Huda (hal. 49)
4. Asy-Syaikh Al-Jalil Ra’isuth-Tha’ifah Abu Ja’far Ath-Thusiy (hal. 49)
5. Ibnu Hamzah (hal. 49)
6. Asy-Syaikh Al-Jalil Al-Mu’tamad bin Muhammad Ad-Darwisiy. (hal. 49)
7. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Hasan bin Al-Muthahhar Al-Hilliy (hal. 49)
8. Asy-Syaikh ‘Ali bin ‘Abdul ‘Ali Al-‘Amiliy Al-Karakiy (hal. 50)
9. Al-Muhaqqiq Asy-Syaikh Hasan (hal. 50)
10. Maulana Al-Akmal Mula Ahmad Al-Irdibiliy (hal. 51)
11. As-Sayyid Al-Jalil Abu Al-Ma’aliy Muhammad bin Ahmad bin ‘Abdullah Al-Hasaniy (hal. 52)
12. Asy-Syaikh Al-Jalil Bahauddin (hal. 53)
Diantara mereka di atas terdapat yang membantah ashhaab Al-Hallaj seperti Al-Mufid dan membantah pemahaman wahdatul wujud. Dalam hal ini memang tidak masalah sebab Ahlus Sunnah sendiri berlepas diri dari Al-Hallaj dan pemahaman menyimpang yang demikian. Namun permasalahannya sebagaimana telah dijelaskan adalah celaan Syi’ah terhadap tashawwuf bersifat menyeluruh hingga dalam menggunakan nama tashawwuf itu sendiri adalah terlarang. Oleh karena itu mereka turut melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap Imam Al-Ghazaliy, Imam Hasan Al-Bashriy, dan yang lainnya dari Imam-Imam Ahlus Sunnah yang identik dengan “tashawwuf” (dengan tanda kutip) padahal para Imam tersebut berlepas diri dari wahdatul wujud.
[1] Pada forum tertulis dengan lafazh مفرا dan itu adalah keliru, yang benar adalah مقرا sebagaimana termaktub dalam Risalah fi Ar-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Hurr Al-‘Amiliy hal 33.
[2] Demikian fatwanya, lihat: http://www.yahosein.com/vb/showthread.php?t=125232
[3] Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan Al-Hurr Al-‘Amiliy (1033–1104 H). Amat banyak pujian ulama Syi’ah terhadapnya, diantaranya adalah Al-Irdibiliy yang berkata mengenainya dalam Jami’ Ar-Ruwat; “Asy-Syaikh Al-Imam Al-‘Allamah Al-Muhaqqiq Al-Mudaqqiq. Mulia, tinggi dan besar kedudukannya. Seorang ‘alim pemilik keutamaan. Seorang yang sempurna dan melaut keilmuannya dalam berbagai ilmu. Tidak terhitung keutamaan dan manaqibnya”. Abbas Al-Qummiy berkata; “Syaikhnya para ahli hadits dan yang paling utama dari kalangan ulama yang melaut keilmuannya.”
[4] Risalah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah, hal. 3 – 4
[5] Ibid.
[6] Ibid, hal. 5. Dan telah berlalu pembahasannya bahwa Ahlul Bid’ah di mata Syi’ah mencakup Ahlus Sunnah dan siapa pun selain Syi’ah.
[7] Telah berlalu juga pembahasannya pada tema tentang “Nashibi” bahwa ‘ammah adalah sebutan untuk Ahlus Sunnah oleh Syi’ah.
[8] Ibid, hal. 5
[9] Ibid, hal 13 – 14
Diambil dari ebook Himpunan Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah. (nisyi/jurnalmuslim.com)
0 Komentar