illustrasi sekte An-Nadzir |
Pertama, dia berpendapat bahwa warna, rasa, bau dan apa saja yang dapat dicapai melalui panca indera, termasuk penglihatan dan pendengaran, dan apa saja yang terjadi dari akibat gerak tak langsung, disandarkan kepada manusia karena terjadinya dari perbuatan manusia. Pendapat ini tampaknya diambilnya dari pendapat ahli fisika, namun para pakar fisika tidak membedakan antara gerak langsung dan gerak tak langsung. Dan mungkin gerak tak langsung ini diambilnya dari pendapat para mutakalimun. Para mutakalimin mengatakan kekuatan yang menggerakkan lahirnya perbuatan bukan dari akibat perbuatan.
Kedua, istithaah (kemampuan) menurutnya bukan hanya fisik tetapi juga termasuk mental: Katanya: aku tidak mengatakan perbuatan itu bukan pada saat melahirkan perbuatan tetapi juga pada saat terjadinya akibat dari perbuatan.
Ketiga, katanya: Allah Maha Kuasa karena itu Allah kuasa menimpakan penderitaan kepada anak kecil, namun kalau Allah memperbuatnya berarti Allah telah berlaku zalim terhadapnya. Karena itu kita tidak boleh mengatakan demikian terhadap Allah, bahkan kita katakan kalau Allah berbuat seperti itu hanya terhadap orang yang berakal dan orang yang berusia baligh. Dan setiap orang yang melakukan kemaksMt|iMja ,patut menerimg^sjyksaan. Pendapatnya dalam masalah ini tampaknya kontradiksi.
Keempat, Al-Kahi mengutip ucapan Al-Bisyar yang mengatakan Iradat (keinginan) Allah termasuk perbuatan Allah yang mempunyai dua sisi; dari sisi sifat dan dari sisi fi’il. Dilihat dari sisi sifat zat bahwa Allah selamanya dalam keadaan maha berkeinginan terhadap apa yang dinginkannya termasuk perbuatan manusia. Allah Maha Bijaksana dan dalam kebijaksanaannya tidak mungkin ada kebaikan yang Dia sendiri tidak ingin memperbuatnya. Dari sifat sisi fi’il apabila Allah menginginkan menciptakan sesuatu Dia sendiri yang menciptakannya pada saat terjadinya ciptaan itu bukan sebelum diciptakan. Karena pada saat itu yang ada hanya Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Apabila dia menginginkan Dia juga yang menciptakannya melalui perbuatan makhluk yang berasal dari amar (perintah) Nya.
Kelima, Allah mempunyai sifat “luthF (kasih - sayang). Kalau Allah melahirkan sifat ini niscaya seluruh penghuni bumi ini beriman, karena iman itulah mereka berhak menerima pahala dan hak menerima pahala karena iman. Namun Allah tidak melahirkannya. Karena tidak wajib menciptakan yang terbaik dan Juga Udak wajib memperbuat yang lebih baik. Namun Allah memberikan kemampuan dan kekuasaan pada manusia untuk menghilangkan keburukan melalui dakwah dan membangkitkan para rasul dan sebelum wahyu diturunkan kepada para rasul dan kepada manusia diberikan akal. Dengan akal yang dikurniakan Allah itulah manusia dapat membanding dan meneliti mana yang lebih baik dan meninggalkan yang buruk. Kendatipun dalam tubuh manusia sudah ada dua macam gerak; gerak dari malaikat yang mengarahkannya kepada kebaikan dan gerak syaitan yang mengarahkannya kepada kejahatan. Namun orang yang berakal tidak terpengaruh oleh syaitan yang selalu membangkitkan keraguan. Kalau manusia mengikuti kehendak syaitan maka manusia sendiri yang bertanggung Jawab bukan syaitan.
Keenam, katanya: siapa yang bertobat dari dosa besar kemudian la mengerjakannya lagi, i® akan disiksa karena perbuatannya yang pertama karena yang menjadi syarat tobat yang diterima adalah tidak mengulang kembali.
Baca juga:
- Mengenal Aliran Al-Bisyariyyah | Sejarah dan Aqidahnya
- Terjemah Al-Milal wa Al-Nihal | Aliran-Aliran Teologi dalam Sejarah Umat Manusia
- Mengenal Sekte Aliran Al-Washiliyyah | Sejarah dan Aqidahnya
- Mengenal Aliran Al-Huzailiyyah | Sejarah dan Aqidahnya
- Mengenal Aliran Al-Mu’ammariyyah | Sejarah dan Aqidahnya
- Mengenal Sekte Aliran Al-Mardariyyah | Sejarah dan Aqidahnya
Sumber: Al Milal wa Al Nihal (Buku 1), diterjemahkan Prof. Asywadie Syukur, Lc, pt. Bina ilmu, Surabaya.
0 Komentar